I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Katak adalah hewan amfibia yang paling
dikenal orang di Indonesia.
Katak
berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering,
dan kaki belakangnya pendek, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh.
Pada beberapa jenis katak, sisi tubuhnya terdapat lipatan kulit berkelenjar
mulai dari belakang mata sampai di atas pangkal paha yang disebut lipatan
dorsolateral. Katak mempunyai mata berukuran besar, dengan pupil mata
horisontal dan vertikal. Pada beberapa jenis katak, pupil matanya berbentuk
berlian atau segi empat yang khas bagi masing-masing kelompok. Pada kebanyakan
jenis, binatang betina lebih besar daripada yang jantan. Ukuran katak dan kodok
di Indonesia bervariasi dari yang terkecil hanya 10 mm, dengan berat hanya satu
atau dua gram sampai jenis yang mencapai 280 mm dengan berat lebih dari 1500
gram (Iskandar, 1998).
Katak sawah dimasukkan ke dalam ordo Anura. Nama anura
mempunyai arti tidak memiliki ekor (anura: a tidak, ura
ekor). Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai
ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang
baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung
pergerakannya yaitu dengan melompat (Duellman and Trueb, 1986).
Cara hidup Katak sangat berbeda dengan
Ikan. Hewan ini tidak hidup di dalam perairan yang dalam dan menggunakan
sebagian besar waktunya di darat. Katak juga memiliki bermacam-macam warna
kulit dengan pola yang berlainan. Warna-warna itu ditimbukan oleh pigmen-pigmen
yang terdapat di dalam sel-sel pigmen di dalam dermis. Perubahan warna pada
kulit Katak dapat terjadi karena stimuli lingkungan, misalnya gelap, panas, dan
dingin. Perubahan itu diatur melalui neuro-endokrin.
Amphibi mempunyai beragam warna dari hijau terang,
orange dan emas, ada pula yang berwarna merah dan hijau namun jarang ditemukan.
Warna tubuh ini bisa disebabkan oleh karena pigmen atau secara struktural atau
dihasilkan oleh keduanya. Pigmen pada amfibi terletak pada kromatofora di
kulit. Sel pigmen ini biasa dinamakan menurut jenis pigmen yang dikandung.
Melanofora mengandung pigmen coklat dan hitam dan lipofora mengandung pigmen
merah, kuning dan orange. Amfibi juga mempunyai pigmen yang disebut guanofora,
mengandung kristal guanin yang dapat memproduksi efek putih terang. Amphibi
adalah hewan yang dapat hidup di dua lingkungan, yaitu lingkungan air dan
lingkungan darat. Amphibi merupakan kelompok vertebrata pionir yang hidup di
darat dengan beberapa bentuk penyesuaian. Amphibi termasuk hewan yang berdarah
dingin, yaitu suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan. Dalam hal ini contoh
hewan amphibi adalah katak, katak mengalami metamorphosis sempurna. pada saat
berudu katak bernapas dengan insang dan berekor pendek kemudian insang luar
hilang dan tumbuh insang dalam. Ketika insang dalam hilang, paru-paru tumbuh
sehingga berudu bernapas dengan kulit (Amin, 1990).
B.
Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur
Perkembangan Hewan 1 kali ini adalah untuk melihat anatomi Katak Sawah (Rana cancrivora).
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Amphibia merupakan
Tetrapoda atau vertebrata darat yang paling rendah. Amphibia tidak diragukan
lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan. Mungkin itu terjadi pada zaman
Devon. Amphibia misalnya Salamander dapat mempertahankan insangnya selama
hidupnya. Amphibi terdapat banyak archus aorticus seperti yang terdapat pada
ikan (Kimball, 1988).
Amphibia merupakan
hewan yang hidup dengan bentuk kehidupan yang
mula-mula di air tawar kemudian dilanjutkan di darat. Fase
kehidupan di dalam air berlangsung sebelum alat
reproduksi masak, keadaan ini merupakan fase larva disebut
berudu. Pada kedua fase ini struktur dan fungsinya menunjukkan sifat antara pisces dan reptilia serta menunjukkan bahwa amphibia merupakan
suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar dari
kehidupan dalam air. Beberapa pola menunjukkan pola baru
yang disesuaikan dengan kehidupan darat, misalnya: kaki,
paru-paru, nares (nostril), yang mempunyai hubungan dengan cavum oris dan alat penghidupan yang berfungsi baik dalam air maupun di darat
(Jasin, 1989).
Tubuh amphibia
khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang belum tampak jelas.
Sebagian kulit, kecuali pada tempat-tempat tertentu, terlepas dari otot yang
ada di dalamnya, sehingga bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga yang
berisi cairan limfa subkutan (Djuhanda, 1982). Amphibi dewasa memiliki mulut
lebar dan lidah yang lunak yang melekat pada bagian depan rahang bawah.
Paru-paru selalu ada seperti yang terdapat pada kelompok salamander, dan
sebagian besar pernafasan juga dilakukan oleh kulit (Djuhanda, 1974).
Pada katak sawah,
kulit ini hampir selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar mucus
yang banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak mengandung
kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea magna dan arteri kutanea
(Djuhanda, 1982). Selain kulit, pernafasan juga dilakukan melalui epitel,
mulut, dan larynxs. Bibir, mata, dan kelenjar yang menjaga kelembaban mata juga
ikut berkembang (Djuhanda, 1974).
Amphibi hidup di dua tempat, di air dan
tempat yang lembab dari daratan. Telur-telur individu yang belum matang adalah
normal hidup di dekat air dan dan dewasa tidak pernah jauh dari air, dari
kemampuan mereka disebuah lingkungan daratan, lebih tepat lagi tidak
berkembang. Dewasa ditemukan ditanah dekat kolam-kolam, aliran sungai dan
bagian lain dari air segar yang mana mereka dapat istirahat dan mendapatkan
ketenangan, atau ditempat-tempat lain yang lembab seperti dibawah pohon atau
dibawah batu, di kayu-kayu yang agak lembab. Amphibi daratan yang agak terkenal
adalah katak khususnya, sangat aktif saat malam ketika kelembaban relatif
tinggi (Bartlett, 1988).
Metamorfosis dari katak menyangkut tiga
proses perubahan, dua diantaranya merupakan perubahan yang drastis, yaitu
berupa penciutan bahkan habis sama sekali struktur yang sebelumnya sudah ada.
Terbentuknya organ yang baru. Yang tidak tampak dari luar adalah perubahan
struktur baru dari organ yang sama yang
disesuaikan dengan hewan dewasa, walaupun berlangsungnya singkat.
Metamorfosis merupakan suatu masa kritis yang di alami selama terjadinya
perubahan dari hewan berhabitat aquatic menjadi terestrial (Duellman, 1986).
Katak sawah (Rana cancrivora)
tidak mempunyai ekor dan leher, antara kepala dan badan tidak mempunyai batas
yang nyata, kaki depannya pendek, sedangkan kaki belakangnya panjang yang
berguna untuk melompat, kulitnya halus dan licin,banyak mengandung kelenjar dan
belum mempunyai pengatur suhu tubuh, karna suhu tubuh pada katak dipengaruhi
oleh lingkungannya. pada tingkat larva/kecebong hidup dalam air dan bernapas
dengan menggunakan insang, setelah dewasa hidup didarat dan bernapas dengan
paru-paru dan kulitnya, katak banyak hidup disawah atau dikolam.
Katak merupakan salah satu kelas amphibi yang memiliki
panjang mulai dari 3,5 cm sampai dengan 90 cm. Amphibi merupakan vertebrata
yang hidup di dua alam, yaitu di darat dan di air (Radiopoetro, 1996).
III.
ALAT,
BAHAN DAN CARA KERJA
- Alat
Alat
yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, jarum penusuk
.
- Bahan
Bahan
yang digunakan adalah Katak Sawah (Rana
cancrivora), air kran, kloroform, formalin dan tissue.
- Cara Kerja
Cara
kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Katak
terlebih dahulu dibius dengan menggunakan eter.
2.
Bagian
mulut dibedah dengan cara digunting pada
bagian sudut kanan dan kiri mulut.
3.
Katak
diletakan dengan bagian dorsal pada bak preparat.
4.
Kulit
digunting dari medio posterior ke arah anterior.
5.
Kemudian
kulit dilepas dengan hati–hati.
6.
Otot–otot
pada bagian ventral dan pada kedua extrimitas diamati dan dicatat.
7.
Tubuh
bagian ventral digunting agar dapat dilihat organ bagian dalamnya.
8.
Dinding
perut dijepit dengan pinset dan sedikit
diangkat.
9.
Organ–organ
yang nampak diamati dan dicatat tanpa mengubah posisinya.
B.
Pembahasan
Klasifikasi Katak Sawah, adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo
: Anura
Familia
: Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana cancrivora
Tubuh
Katah terbagi menjadi lima bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata,
lubang hidung dan telinga. Badan (truncus) yang terdiri dari telinga hingga
kloaka dan yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat
meruncing ke ujung. Katak mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas
anterior) yang berjumlah empat digiti dan sepasang anggota belakang (extrimitas
posterior) yang berjumlah lima digiti. Sistem morfologi Katak terbungkus halus
dan licin, bagian kepala terdapat rima oris yang lebar untuk pernapasan,
sepasang organ visus yang bulat. Dibelakang mata terdapat membrane timpani
untuk menerima getaran suara pada akhir tubuh terdapat kloaka yang berfungsi
sebagai tempat pelepasan faeces, urine dan sel kelamin (Tjitrosoepoma, 1993).
Alat pencernaan pada katak tediri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan
kloaka. Makanan dari mulut masuk ke dalam lambung melalui kerongkongan. Lambung
memanjang dan berbelok ke samping kiri dan berotot. Di dalam lambung makanan
dicerna kemudian masuk ke dalam usus. Di dalam usus makanan diserap, sisa
makanan dikeluarkan melalui kloaka. Sistem pencernaan makanan pada amfibi,
hampir sama dengan ikan, meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.
salah satu binatang amphibi adalah katak. Makanan katak berupa hewan-hewan
kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1.
Rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa
dan lidah untuk menangkap mangsa,
2. Esofagus: berupa
saluran pendek,
3. Ventrikulus
(lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi
lebar. Lambung katak dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu tempat
masuknya esofagus
dan lubang keluar menuju usus,
4. Intestinum (usus):
dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus
meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5. Usus tebal berakhir
pada rektum dan menuju kloata, dan
6.
Kloaka : merupakan muara bersama antara saluran pencernaan
makanan, saluran reproduksi, dan
urine.
Kelenjar
pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan,
terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi
mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
Pankreas berwarna Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas
jari (duadenum). Pankreas
berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum (Jasin, 1992),
Alat pernapasan
pada katak berupa insang, kulit,
dan paru-paru. Pada berudu pernapasan dilakukan dengan insang luar. Setelah
dewasa menggunakan paru-paru berupa dinding dimana dinding ini terdapat banyak
ruang. Paru-paru berhubungan dengan udara luar melalui 2 bronkus, laring yang mengandung
tali-tali volea, lalu faring dan lorong-lorong nasal. Lubang dari faring ke
laring berupa celah longitudinal yang disebut glothis. Pernapasan pada katak
melalui kulit tipis yang basah untuk memudahkan difusi gas.
Menurut
Kimbal (1991), sistem peredaran darah pada katak adalah peredaran darah
tertutup dan ganda. Pada peredaran darah ganda, darah melalui jantung sebanyak
dua kali dalam sekali peredarannya. Pertama darah dari jantung menuju ke
paru-paru dan kembali ke jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju
jantung dan diedarkan kembali ke seluruh tubuh. Jantung katak terdiri dari tiga
ruang yaitu atrium kiri, kanan, dan ventrikel. Diantara atrium dan ventrikel
terdapat klep yang mencegah agar darah dari ventrikel mengalir kembali ke
atrium. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di paru-paru. CO2
dilepaskan dan diikat O2. Tetapi di ventrikel terjadi perncampuran
CO2dan O2 yang terjadi di dalam darah.
Alat
ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal yang terdapat di kanan kiri
tulang belakang, berwarna kecoklat-coklatan yang memanjang ke belakang. Sistem
ekskresi pada katak disebut suatu sistem gabungan karena masing-masing sistem
masih bergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem sekresi
maupun untuk sistem reproduksi. Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan
zat-zat yang tidak berguna yang dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan yang
dikeluarkan oleh hati, yaitu berupa empedu (Saktiono, 1989).
Pembuahan
pada katak dilakukan di luar tubuh. Katak jantan
akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si betinanya dari
belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang katak jantan akan memijat perut
katak betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat bersamaan katak jantan
akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang
dikeluarkan si betina. Telur tersebut berkembang menjadi larva dan mencari
nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang menjadi dewasa
dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah proses yang dikenal
metamorfosis (Radiopoertro, 1996).
Sistem
urogenitalia :
1. Katak jantan
a. Testis, sepasang bulat telur,
berwarna putih kekuningan. Terletak di atas ginjal
dan berisi
cadangan makanan yang digunakan pada musim kawin. Jaringan ini
menghasilkan
spermatozoid yang dilindungi oleh selaput nesopehium.
Spermatozoa
dikeluarkan melalui vena efferensia melalui bagian lateral dan ren.
b. Vena
efferensia. Berupa saluran halus dari testis serta melalui nesorchium.
Selanjutnya sperma dikeluarkan melalui ren dan bermuara di ductus
urospemachitus.
c. Ductus spermachitus, sepasang
terletak pada bagian lateral dan ren bermuara di
kloaka. Saluran ini menyalurkan
spermatozoa dan urine ke kloaka.
d. Vesicula seminalis, merupakan bagian
caudal dari ductus urospermachitus serta
tempat penyimpanan terakhir dari
spermatozoa.
2. Katak betina
a. Ovarium
merupakan sepasang kantong yang terdiri dari sel-sel telur dan bila banyak akan
menutupi seluruh bagian abdomen serta dilindungi oleh selaput tipis nesovarium
yang dengan bantuan gerakan silia serta otot abdomen telur, telur tersebut
didorong ke depan menuju osteum tubae yang terletak di kiri dan kanan dan
merupakan pangkal dari saluran telur.
b. Saluran
telur, sepasang berliku-liku dan berwarna putih telur yang masak dan masuk ke
oviduk, dan sebelum bermuara di kloaka akan masuk ke ovisoe (uterus).
c. Uterus
merupakan tempat penyimpanan sementara sel telur sebelum keluar dari tubuh
karena fertilisasi.
d. Badan-badan
lemak (corvus adivasum) menyerupai daun berwarna kekuningan yang
terletak di atas ginjal dan berisi cadangan makanan yang digunakan musim kawin.
V.
KESIMPULAN
1. Katak (Rana
cancrivora) merupakan amphibia yang secara tipikal dapat hidup di air tawar
dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan
bernafas dengan insang) ke dewasa (amphibius dan bernafas dengan paru-paru).
2. Morfologi Katak terbagi
menjadi lima bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata, lubang hidung
dan telinga. Badan (truncus) yang terdiri dari telinga hingga kloaka dan yang
terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke
ujung. Katak mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas anterior) yang
berjumlah empat digiti dan sepasang anggota belakang (extrimitas posterior)
yang berjumlah lima digiti.
3.
Secara
berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi: Rongga mulut,
Esofagus, Ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat
masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus. Intestinum (usus): dapat
dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Kloaka : merupakan muara
bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
4. Alat
pernapasan pada katak berupa insamg, kulit, dan paru-paru. Pada berudu
pernapasan dilakukan dengan insang luar. Setelah dewasa menggunakan paru-paru
berupa dinding dimana dinding ini terdapat banyak ruang.
5. Sistem
peredaran darah pada katak adalah peredaran darah tertutup dan ganda. Pada
peredaran darah ganda, darah melalui jantung sebanyak dua kali dalam sekali
peredarannya. Pertama darah dari jantung menuju ke paru-paru dan kembali ke
jantung. Kedua, darah dari seluruh tubuh menuju jantung dan diedarkan kembali
ke seluruh tubuh.
6. Alat
ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal yang terdapat di kanan kiri
tulang belakang, berwarna kecoklat-coklatan yang memanjang ke belakang.
7. Pembuahan
pada katak dlakukan di luar tubuh.
DAFTAR REFERENSI
Amin, M. 1990. Anatomi
Hewan. Balai Pustaka, Jakarta.
Bartlett, R.D.
1988. Frogs,
Toads and Treefrogs. Barron's, New York.
Djuhanda, T.
1974. Analisa Struktur Vertebrata. Armico, Bandung.
Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari empat Hewan Vertebrata. Armico,
Bandung.
Duellman, W.E. and L.Trueb. 1986.Biology of
Amphibians. McGraw – Hill Book Company, New York.
Iskandar, D.T. 1998. Amphibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan.
Puslitbang Biologi-LIPI.
Jasin, M. 1989. Sistematika
Hewan (Vertebrata dan Invertebrata). Sinar Wijaya, Surabaya.
Jasin. Maskoen. 1992. Zoologi
Vertebrata untuk Perguruan Tinggi. Sinar Wijaya, Surabaya.
Kimball, J. W. 1988. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoertro.
1996. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Saktiono.
1989. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Tjitrosoepoma, 1993. Morfologi Tumbuhan. Gajah mada
University Press, Jakarta.
1 komentar:
obat tradisional jelly gamat
obat pengering luka jahitan
obat luka operasi
obat sering kencing
obat nyeri lutut
obat hepatitis pada anak
obat penyakit jantung koroner
obat benjolan di gusi
kantor jelly gamat gold-g
Obat Benjolan Di Lidah
Posting Komentar