ANATOMI IKAN NILEM (Osteochillus hasselti)
DAN
IKAN LELE (Clarias batrachus)
Oleh :
Nama :
Kartika Sari Dwinusa
Nim :
B1J010002
Rombongan :
IV
Kelompok :
1
Asisten :
Andri Prajaka Santo
LAPORAN
PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN 1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagian besar wilayah
Indonesia berupa perairan, sehingga banyak berbagai macam hewan perairan. Salah
satunya adalah ikan, ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks dan
terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas
hidup. Organ dalam sistem organ tersebut mempunyai fungsi
berbeda, bernafas dengan menggunakan insang yang ada di kanan-kiri bagian
kepala, tetapi ada juga beberapa jenis ikan yang bernafas menggunakan
paru-paru. Ikan ditempatkan pada phylum Chordata karena mempunyai tulang belakang
(vertebrae) dalam perkembangan hidupnya.
Ikan
merupakan salah satu sumber protein bagi manusia. Protein yang berasal dari
ikan merupakan 1/5 dari protein hewani yang dihasilkan dari seluruh dunia.
Daging ikan mengandung 13-20% protein. Lemak ikan banyak mengandung asam lemak
tak jenuh. Ikan yang dimakan termasuk Teleosti, antara lain ikan Nilem (Osteochillus hasselti) dan ikan Lele (Clarias batrachus).
Ikan Nilem habitat aslinya di daerah beriklim sedang dengan suhu berkisar
18-28 ºC. Ikan Nilem hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus yang tidak
begitu deras, seperti danau, sungai, rawa, dan genangan-genangan air. Ikan ini
mudah berkembang biak menurut aturan air mengalir. Ikan ini memakan planton dan
peripyton (jasad yang menempel pada tanaman air). Ikan ini dapat bereproduksi
pada usia kira-kira 9 bulan. Induk dari ikan Nilem yang dapat dipelihara di
kolam berusia satu sampai dua tahun selang waktu memijahan tiga sampai empat
bulan sekali.
Ikan lele (Clarias batrachus) hidup di perairan darat dan termasuk ikan
peliharaan yang biasa di budidayakan, ikan Lele (Clarias batrachus) memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik
(mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya
matahari, dua buah lubang penciuman yang terletak dibelakang bibir atas, sirip
punggung dan dubur memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan
sirip ekor, panjang maksimum mencapai 400 mm.
merupakan family dari clariidae.
Osteochillus hasselti dan Clarias
batrachus digunakan dalam praktikum untuk mewakili class pisces. Ikan tersebut dipilih karena selain
mudah didapat, juga murah harganya. Osteochillus
hasselti dan Clarias batrachus mempunyai organ-organ penyusun yang lengkap dan jelas sehingga
mudah diamati struktur tubuhnya.
B. TUJUAN
Tujuan dari
praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan I kali ini adalah untuk melihat dan
membandingkan Anatomi Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) dan Ikan Lele (Clarias batrachus).
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Ikan nilem atau Silver Shark minnow Familia Cyprinidae,
Genus Osteochilus, Species Osteochilus hasselti (Val) mempunyai ciri
morfologi antara lain adalah mempunyai 12-18,5 jari-jari bercabang pada
sirip punggung, bibir tertutup oleh lipatan kulit, mempunyai 5,5 sisik di
antara sirip punggung pertama dengan linea lateralis, mempunyai bulatan warna
hitam pada pangkal ekornya.
Ikan nilem merupakan
ikan sungai yang lincah umumnya di temukan di perairan mengalir atau agak
tergenang serta kaya akan oksigen terlarut. Ikan nilem ini banyak tersebar luas
di wilayah Asia seperti Indonesia, Malaysia, serta Thailand dan secara umum di
budidayakan (Effendie, 2002).
Ikan nilem ini umumnnya
dipelihara di daerah tropis dengan ketinggian 150 sampai 1000 meter dari
permukaan laut. Tetapi ketinggian optimum ialah 800 meter, sedang suhu optimum
pertumbuhannya adalah 180C sampai 280C (Saanin, 1984).
Ikan
melakukan fertilisasi secara eksternal.
Telur dan sperma dilepaskan ke dalam air di sekitarnya dan fertilisasi
terjadi diluar tubuh. Fertilisasi ini
merupakan fertilisasi yang primitif (Villee et
al., 1988).
Ikan jantan
terdapat sepasang testis yang panjang.
Mereka terletak ventral dari ren.
Ujung caudal mulai dari vas
deferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan betina terdapat sepasang ovaria yang panjang. Ovaria ini mempunyai
rongga yang ke caudal melanjutkan diri ke dalam oviduk, yang bermuara ke dalam
sinus urogenitalis (Radiopoetro, 1977).
II. ALAT, BAHAN
DAN CARA KERJA
A. Alat
Alat-alat
yang digunakan adalah bak preparat, pinset, pisau, gunting bedah, dan jarum
penusuk.
B. Bahan
Bahan yang
digunakan adalah Ikan Nilem (Osteochillus hasselti ), Ikan Lele (Clarias batrachus) , air kran,
kloroform.
C. Cara Kerja
Cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Ikan
dibius dengan menggunakan kloroform atau dimatikan dengan jarum penusuk.
2.
Ikan
digunting mulai dari lubang dubur sampai ke arah anterior sepanjang
medioventral tubuh mengikuti arah depan sirip dada (dilakukan dengan hati-hati
sehingga tidak mengenai organ-organ yang berada di dalamnya).
3.
Bagian
belahan daging sebelah atas dibuka dengan menggunakan pinset.
4.
Pengguntingan
dilanjutkan ke arah tubuh bagian dorsal yang dilanjutkan ke arah anterior
sampai ke tutup insang, bagian dorsal dan ventral sampai moncong, pada bagian
ini harus di perhatikan sebelah ventral dari insang terdapat jantung sehingga
pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati.
5.
Saluran
pencernaan dapat diamati dengan cara menarik bagian usus dengan hati-hati,
sedikit demi sedikit sampai keluar dari tubuh dan jangan sampai putus.
6.
Untuk
ikan nilem bagian ekor dipotong secara melintang kemudian diamati
bagian-bagiannya yaitu ekor dan tulangnya.
B. PEMBAHASAN
a.
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Klasifikasi ikan nilem (Osteochillus hasselti)
menurut Saanin (1984), yaitu :
Phyllum
: Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Classis :
Pisces
Subclassis : Teleostei
Ordo : Osteriphsy
Sub Ordo : Cyprinoidea
Familia : Cyprinidea
Genus : Osteochilus
Species : Osteochillus hasselti
Hasil pengamatan anatomi ikan nilem (Osteochillus
hasselti) didapatkan bahwa tubuh
ikan nilem (Osteochillus hasselti) dibagi menjadi tiga bagian penting
yaitu caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor) dimana tidak ada batas
nyata antara caput dan truncus. Bagian kepala ikan terdapat cavum oris dan
organon fissus. Cavum oris atau mulut berfungsi untuk memasukkan air pada saat
melakukan pernafasan. Organon fissus atau mata pada ikan ini dilapisi oleh
selaput yang sangat tipis yang berguna untuk mencegah masuknya air pada saat
berenang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1997), bahwa tubuh ikan
terdiri atas caput, truncus dan cauda. Bagian caput dibatasi dari moncong sampai dengan batas tutup insang,
sedangkan bagian truncus mulai dari belakang tutup insang sampai dengan porus
urogenitalia, dan bagian cauda dibatasi dari porus urogenitalia sampai dengan
ujung sirip ekor.
Menurut
Djuhanda (1981) ikan mempunyai gelembung renang yaitu kantung memanjang di
sebelah dorsal dari saluran pencernaan dan letaknya retroperitoneal (di sebelah
dorsal dari peritoneum). Gelembung renang selalu berisi udara berfungsi sebagai
organ hydrostatic. Saluran pernafasan pada ikan dinamakan trakea.
Ikan Nilem memiliki sistem pencernaan yang dimulai
dari cavum oris, oesophagus,
kantung empudu, ductus pneumaticus dan limfa. Dalam tubuhnya dapat terlihat organ pencernaan
yaitu usus yang panjang, ini dikarenakan ikan ini termasuk tipe herbivora.
Kantung Empedu (vesica felea) yang terletak pada usus bagian depan, berupa
kantung bulat hijau kebiru-biruan. Kantung empedu ini berhubungan dengan usus
melalui ductus choledochus, lalu saluran akhir pencernaan yaitu anus atau porus
urogenitalus, hal ini juga diungkapkan oleh Radiopoetro (1997).
Sistem Peredaran darah
pada ikan nilem terdiri atas jantung dan sinus venosus. Jantung ikan terdiri
ata dua ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di belakang insang. Sinus
venosus adalah struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan
terbuka di ruang depan jantung. Diantara antrium dan ventrikel jantung terdapat
klep untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung (Intan Pariwara,2010).
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung (Intan Pariwara,2010).
Organ reproduksi pada ikan nilem ini terdiri dari
gonad dengan saluran kelenjar asesorisnya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad
yang menghasilkan sel kelamin betina (ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang
menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) yang disebut dengan testis. Menurut
Sumantadinata
(1981), Reproduksi pada ikan dikontrol oleh kelenjar pituitari yaitu kelenjar
hipotalamus, hipofisis – gonad, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pengaruh
dari lingkungan yaitu temperatur, cahaya, cuaca yang diterima oleh reseptor dan
kemudian diteruskan ke sistem syaraf kemudian hipotalamus melepaskan hormon
gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan
kematangan gonad dalam pemijahan. Ovarium terdapat dalam hewan betina yang ditambatkan oleh mesentrium khusus
pada dinding tubuh (mesovarium). Ovarium selain sebagai gonad, juga sebagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Testis
terdapat pada hewan jantan. Letak testis pada vertebrata rendah tersimpan dalam
rongga perut dengan ditambatkan ke dinding tubuh oleh mesentrium khusus (mesorchium).
Testis pada vertebrata tingkat tinggi terletak diluar rongga perut, tersimpan
dalam bangunan khusus yang disebut skrotum. Testis selain sebagai gonad juga
sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon testosterone. Menurut Storer
(1957), pada sistem reproduksi ikan nilem, Ovarium tersusun dari jaringan ikat
fibrosa sebagai membrana basalis yang di sebelah dalamnya terdapat banyak
sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial (oogonia atau oosit) dan
dibagikan tengahnya berisi jaringan ikat stroma. Umumnya setiap individu
mempunyai sepasang ovarium yang secara simetris berada pada sisi kanan dan kiri
tubuh. Oogonia atau oosit terkandung di dalam sarang telur dan masing-masing
terbungkus oleh selapis sel granulosa disebut sel folikel. Testis sebagai organ
kelamin jantan berupa organ yang jumlahnya sepasang dan dilengkapi dengan
saluran spermatozoa dan organ asesoria. Saluran testis pada vertebrata tinggi
dan rendah berhubungan langsung dengan testisnya. Sel-sel yang berkembang
menjadi gamet berada di bagian medulla sehingga gamet-gamet yang diproduksi
akan terkumpul di dalam lumen tubulus dan kemudian disalurkan ke
saluran-saluran dari tubulus atau testis yang kemudian bergabung menjadi
epididmis. Ikan nilem jantan dan ikan nilem betina dapat dibedakan setelah ikan
masak kelamin. Permukaan luar operkulum (tutup insang) ikan jantan apabila
diraba terasa kasar sedangkan ikan betina terasa halus. Ikan jantan apabila
diurut perutnya dari operkulum ke papilla genital maka akan keluar cairan seperti
santan (milt) sedangkan ikan betina tidak. Perut ikan jantan langsing sedangkan
ikan betina membuncit dan lunak. Ikan betina biasanya lebih jinak daripada ikan
jantan.
b. Ikan Lele (Clarias batrachus)
Klasifikasi ikan
lele menurut Djuhanda (1981) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum :
Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidae
Family : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus
Ikan lele (Clarias batrachus) adalah vertebrata yang termasuk kelas pisces
karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar, dan merupakan family dari
clariidae. Tubuh ikan lele dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (caput), badan
(truncus), dan ekor (cauda). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong
sampai dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang
sampai dengan anus, dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor
(sarwono,2007).
Hasil pengamatan anatomi ikan lele didapatkan
hasil bahwa pada bagian kepala memiliki bagian-bagian yaitu organon visus (mata),
cavum oris (mulut), lekuk hidung dan delapan buah kumis atau barbels yang
merupakan indra peraba pada saat ada rangsangan dan pada saat mencari makanan.
Pada kepala (caput) juga terdapat insang sebagai alat pernafasan tetapi berbeda
dengan ikan nilem, pada ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu organ
arborescent (labirin), Menurut
Sarwono (2007), arborescent merupakan membran yang berlipat-lipat dan penuh
dengan kapiler-kapiler darah yang terletak di bagian atas lengkung insang kedua
dan ketiga, dan organ ini bentuknya mirip dengan bunga karang. Menurut para
peneliti pada beberapa jenis ikan
mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur.
Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada
kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin
adalah ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2. Dalam sejarah
hidupnya lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan
menyembul kepermukaan air. Sedangkan pada bagian badan atau truncus terlihat
berbeda dengan Osteochilus hasselti bahwa
tubuh ikan lele tidak memiliki sisik-sisik dan sifatnya licin, tampak pula alat
keseimbangan yaitu berupa gurat sisi di bagian tengah sisi truncusnya. Ikan
lele memiliki alat bantu renang di tubuhnya berupa sirip, dimana terdapat tiga
sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur, dan sepasang
sirip perut dan sirip dada. Pada bagian bawah tubuhnya terlihat lubang anus dan
alat kelaminnya. Pada bagian cauda atau ekor ikan lele terdapat satu sirip ekor
yang bentuknya membulat. Menurut Sarwono (2007), ikan lele merupakan hewan
noctural ini berarti ikan ini aktif beraktivitas pada malam hari, dia juga
menjelaskan bahwa ikan lele memiliki sepasang sirip yang terdapat dua buah
tulang keras di bagian sisinya yang berfungsi sebagai alat pertahanan terhadap
musuh atau predator, alat ini biasa disebut patil. Alat ini juga bisa digunakan
untuk melompat bahkan berjalan diatas tanah, hal inilah yang menjadi alasan
mengapa ikan lele bisa disebut walking fish.
Organ bagian dalam ikan lele
memiliki perbedaan dengan ikan nilem diantaranya ikan lele tidak memiliki
gelembung renang (vesica metatoria) yang merupakan alat keseimbangan naik turun
di dalam air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih sering berada didasar
perairan (lumpur). Jantung ikan lele terletak di bagian ventro caudal insang. Berbeda
dengan ikan nilem, Ikan lele sudah memiliki lambung yang dapat dibedakan dengan
ususnya, hal ini berkaitan dengan makanan ikan lele karena berbeda dengan ikan
nilem, ikan lele merupakan carnivora dan hal ini pula mengapa ikan lele
memiliki usus yang pendek. Terdapat sepasang hati (hepar) berwarna merah yang
terletak menempel pada bagian tulang vertebrate. Hal ini sama seperti yang
diungkapkan oleh Agus Budiman(1987), dia menyatakan organ bagian dalam lele
terdiri dari jantung (cor), lambung, usus, Ginjal, pankreas, lympa, dan organ
genitalia.
Sistem pencernaan ikan lele dalam
garis besar sama dengan ikan nilem hanya yang membedakannya yaitu pada
pencernaan di lambung karena lele merupakan karnivora jadi lambungnya pun sudah
terlihat sempurna dan bersifat asam karena memiliki asam lambung guna mencerna
makanannya, dan juga di ususnya karena lele memiliki usus yang lebih pendek
daripada usus ikan nilem. Menurut Heru Susanto (2006), bahwa
sistem pencernaan dimulai dari cavum oris, oesophagus, lambung, usus, dan
berakhir di anus.
Sistem Peredaran darah pada ikan nilem terdiri atas
jantung dan sinus venosus. Jantung ikan terdiri ata dua ruangan, atrium dan
ventrikel dan terletak di belakang insang. Sinus venosus adalah struktur
penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruang
depan jantung. Diantara antrium dan ventrikel jantung terdapat klep untuk
menjaga agar aliran darah tetap searah.
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung (Intan Pariwara,2010).
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung (Intan Pariwara,2010).
Sistem reproduksi pada ikan lele jantan dan betina jelas berbeda, gonad ikan lele
jantan dapat dibedakan dari ciri-cirinya yang memiliki gerigi pada salah satu
sisi gonadnya, warna lebih gelap, dan memiliki ukuran gonad lebih kecil dari
pada betinanya. Di bagian dalam tubuhnya pada jantan terlihat sepasang testis, dan pada
bagian luar tampak klasper yang bentuknya meruncing berwarna merah dan ini merupakan alat kelamin yang berfungsi untuk
menyalurkan sperma keluar tubuh. Sedangkan, gonad betina ikan lele berwarna lebih
kuning, terlihat bintik-bintik telur yang terdapat di dalamnya, dan kedua bagian
sisinya mulus tidak bergerigi. Sedangkan organ – organ lainya dari ikan lele
itu sendiri terdiri dari jantung, empedu, labirin, gonad, hati, lambung dan
anus.
Ikan lele melakukan fertilisasi eksternal, jadi ikan jantan membuahi
telur diluar tubuh induk. Menurut Heru Susanto (2006), induk lele biasa menghasilkan
1000-4000 butir telur, dan perbedaan lele jantan dan betina yaitu pada lele
jantan terdapat alat kelamin didekat anusnya, berwarna merah cerah dan
meruncing yang disebut klasper, Sedangkan pada lele betina alat kelaminnya
tampak membulat.
Sistem ekskresi pada ikan lele
melibatkan beberapa organ yaitu ginjal (ren) dimana organ ini mensekresikan
urin, hati yang mensekresikan cairan
empedu dan pancreas yang mensekresikan kelenjar pencernaan untuk di salurkan ke
usus.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bagian tubuh ikan nilem sama dengan ikan
lele yaitu terdiri dari caput (kepala), truncus (badan), dan cauda (ekor) yang
masing- masing mempunyai bagian yang rumit.
2. Ikan Nilem dan ikan lele mempunyai 5 jenis
sirip yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip dubur, sirip perut, dan sirip
ekor, hanya perbedaannya terlihat pada sirip ekor, sirip ekor ikan lele
bentuknya membulat.
3. Otot-otot pada potongan ekor ikan nilem
masih segmental dan dinamakan myomere, yang dibungkus oleh selaput yang disebut
myocomata.
4. Bagian badan
atau truncus pada ikan lele terlihat berbeda dengan ikan Nilem bahwa tubuh ikan lele tidak memiliki
sisik-sisik dan sifatnya licin.
5. Organ bagian
dalam ikan lele memiliki perbedaan dengan ikan nilem diantaranya ikan lele
tidak memiliki gelembung renang (vesica metatoria) yang merupakan alat
keseimbangan naik turun di dalam air.
6. Sistem pencernaan ikan nilem terdiri dari
cavum oris, oesophagus, kantung empudu, ductus pneumaticus dan limfa. Perbedaan
dengan ikan lele yaitu pada bagian lambung dan perbedaan panjang usus.
7.
Ikan nilem (Osteochillus hasselti♀) termasuk jenis ikan yang bersifat thermofil karena mampu
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan suhu lungkungan yang
ditempatinya.
8.
Sistem reproduksi ikan nilem dan ikan lele sama,
hanya yang membedakan pada alat kelaminnya, ikan lele jantan memiliki alat
kelamin yang dinamakan klasper.
9.
Sistem respirasi ikan lele dan ikan nilem memiliki
persamaan yaitu menggunakan insang, hanya saja pada ikan lele memiliki alat
pernafasan tambahan berupa arborescent.
DAFTAR
REFERENSI
Budiman,Agus.1987. Memelihara Lele
Lokal Secara Terpadu. Trubus 217
Djuhanda, 1994.
Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2.
Armico, Bandung.
Effendie, M.I. 2002. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama : Jakarta
Pariwara, Intan.2010.Buku Biologi Untuk
SMU.Jakarta
Radiopoetro. 1977.
Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Saanin, H. 1984. Taksonomi
dan Kunci identifikasi Ikan Vol. I dan II. Bina Cipta Barang : Bandung.
Sarwono,B. 2007. Beternak Lele Dumbo.
Agromedia, Jakarta Selatan.
Susanto,Heru. 2006 . Budidaya Ikan
Air Tawar. Penebar Swadaya, Depok.
Storer
and Usinger. 1957. Element of
Zoologi .The McGraw - Hill Company
Inc, USA.
Villee, et al., 1988. Zoologi
Umum 1. Erlangga, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar